Kamis, 09 Agustus 2012

Materi Pelatihan Adat Nagari Panampuang


ADAT MINANGKABAU
A.    PENGERTIAN ADAT
Dalam membicarakan pengertian adat ada beberapa hal yang perlu dikemukakan, diantaranya adalah asal kata adat, pengertian adat secara umum dan pengertian adat dalam Minangkabau.

1.      Asal kata adat
Dalam kehidupan sehari-hari orang Minangkabau banyak menggunakan kata adat terutama yang berkaitan dengan pandangan hidup maupun norma-norma yang berkaitan dengan hidup dan kehidupan masyarakatnya. Kesemuanya itu diungkapkan dalam bentuk pepatah, petitih, mamangan, ungkapan-ungkapan dan lain-lain sebagainya. Sebagai contohnya dapat dikemukakan : “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, adat dipakai baru, kain dipakai usang, adat sapanjang jalan, cupak sapanjang batuang, adat salingka nagari, harato salingka kaum  dan lain-lain.

Walaupun banyak penggunaan kata-kata adat oleh orang Minangkabau, namun barangkali tidak banyak yang mempertanyakan asal usul kata adat tersebut. Tidak banyak literatur yang menjelaskan secara detail kata adat ini. Drs. Sidi Gazalba dalam bukunya Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu, mengatakan : “ Adat adalah kebiasaan normatif. Kalau adat dikatakan sebagai kebiasaan, maka kata adat dalam pengertian ini berasal dari bahasa arab yaitu “’Adat”.

Sebagai bandingan, seorang pemuka adat Minangkabau, yaitu Muhammad Rasyid Manggis Dt. Rajo Penghulu dalam bukunya Sejarah Ringkas Minangkabau dan adatnya mengatakan : Adat lebih tua daripada ‘adat. Adat berasal dari bahasa sansekerta dibentuk dari “a” dan “dato”. “A” artinya tidak, “Dato” Artinya sesuatu yabg bersifat kebendaan. “Adat” pada hakekatnya adalah segala sesuatu yang tidak bersifat kebendaan.

Dalam pembahasannya dapat disimpulkan bahwa adat yang tidak memikirkan kebendaan lagi merupakan sebagai kelanjutan dari kesempurnaan hidup, dengan kekayaan melimpah-limpah, sampailah manusia kepada adat yang tidak lagi memikirkan hal-hal yang tidak bersifat kebendaan. Selagi benda masih dapat menguasai seseorang, ataupun seseorang masih dapat diperhamba benda  disebut orang itu belum beradat. Kalau diperhatikan kedua pendapat di atas, maka  pendapat yang terakhir lebih bersifat filosofis dan ini mungkin dikaitkan dengan pengaruh agama Hindu yang datang kemudian ke Indonesia.

Walaupun kata adat dengan ‘adat berlainan penafsiran dari arti yang terkandung pada kata tersebut namun keduanya ada kesamaan yaitu tujuannya sama-sama mengatur hidup dan kehidupan masyarakat agar menjadi baik.
Bagi orang Minangkabau sebelum masuknya pengaruh Hindu dan Islam, orang telah lama mengenal kata “Buek”. Kata “Buek” ini seperti ditemui dalam mamangan adat yang mengatakan kampuang bapaga buek, nagari bapaga undang. Buek inilah yang merupakan tuntunan bagi hidup dan kehidupan orang Minangkabau sebelum masuk pengaruh luar.

Oleh sebab itu masuknya perkataan adat dalam perbendaharaan bahasa Minangkabau tidak jadi persoalan karena hakekat dan maknanya sudah ada terlebih dahulu dalam diri masyarakat Minangkabau. Kata-kata “buek”menjadi tenggelam digantikan oleh kata adat seperti yang ditemui dalam ungkapan “Minang babenteng adat, Bulando babenteng basi”. (Minang berbenteng adat, Belanda berbenteng besi).


2.      Pengertian Adat Dalam Adat Minangkabau.
Bagi orang Minangkabau adat itu justru merupakan “kebudayaan” secara keseluruhannya, karena didalam fakta adat Minangkabau terdapat ketiga bagian kebudayaan yang telah dikemukakan  oleh Koencaraninggrat, yaitu dalam pengertian dalam bentuk kato, cupak, adat nan ampek  dan lain-lain. Adat dalam pengertian tata kelakuan berupa cara pelaksanaanya, sedangkan adat dalam pengertian fisik merupakan hasil pelaksanaanya. Malahan bila dibandingkan dengan pengertian culture yang berasal dari kata “colere” maka dapat dikatakan bahwa orang Minangkabau bukan bertitik tolak dari mengolah tanah melainkan lebih luas lagi yang di olah yaitu alam, seperti yang dikatakan “ Alam takambang jadi guru” (Alam Terkembang jadi guru).

Bertitik tolak dari nilai-nilai dasar orang Minagkabau yang dinyatakan dalam ungkapan ”Alam takambang jadi guru”  maka orang Minangkabau membuat kategori adat sebagai berikut :
a.       Adat nan sabana adat
b.      Adat istiadat
c.       Adat nan diadatkan
d.      Adat nan teradat

Sedangkan M. Rasyid Manggis Dt. Rajo Penghulu memberi urutan yang berbeda sebagai berikut :
1.      Adat nan sabana adat
Adat nan babuhua mati
2.      Adat nan diadatkan


3.      Adat nan teradat
Adat nan babuhua sentak
4.      Adat istiadat

Bila dikumpulkan literatur mengenai kategori adat ini sangat banyak sekali. Dari pendapat yang banyak itu ada kesamaan  dan ada perbedaannya. Kesamaannya hanya terlihat dalam ”adat nan ampek”. Sedangkan penafsirannya terdapat perbedaan dan malahan urutannya juga. Menurut isinya serta urutannya paling umum adalah pendapat yang dikemukakan oleh M. Rasyid Manggis Dt. Rajo Penghulu di atas.
Pengertian dari adat nan ampek di atas dapat dikemukakan sebagai berikut :
a.      Adat nan sabana adat
Adat nan sabana adat merupakan yang paling kuat (tinggi) dan bersifat umum sekali, yaitu nilai dasar yang berbentuk hukum alam. Kebenarannya bersifat mutlak seperti dikatakan : adat api mambaka, adat aia mambasahi, tajam adatnyo malukoi, adat sakik di ubek i. Ketentuan-ketentuan ini berlaku sepanjang masa tanpa terikat waktu dan tempat.
b.      Adat nan diadatkan.
Adat nan diadatkan merupakan budaya dari perumus adat Minangkabau yaitu Dt. Katumanggungan dan Dt. Parpatiah nan Sabatang.
Adat nan diadatkan mengenai :
Peraturan hidup bermasyarakat orang Minangkabau secara umum dan sama berlaku dalam Luhak nan tigo sebagai contoh :
1.      Garis keturunan menurut ibu
2.      Sistim perkawinan eksogami
3.      Pewarisan sako dan pusako
4.      Limbago nan sapuluah
5.      Garis keturunan pewarisan sako dan pusako dan lain-lain.
c.       Adat nan teradat
Adat nan teradat merupakan hasil kesepakatan penghulu-penghulu dalam tiap-tiap nagari. Disini berlaku “lain padang lain belalang, lain lubuak lain ikannyo”.
d.      Adat istiadat.
Adat istiadat adalah kebiasaan umum yang berasal dari tiru meniru dan tidak diberi kekuatan pengikat oleh penghulu-penghulu seperti permainan anak-anak muda seni dan lain-lain serta tidak bertentangan dengan adat nan teradat.

B.     ADAT SOPAN SANTUN

A.    ADAT SOPAN SANTUN DALAM HIDUP BERMASYARAKAT.

Adat sopan santun di Minangkabau diumpamakan kepada sebuah jalan. Ada jalan mendaki, ada jalan menurun, ada jalan mendatar ada jalan melereng.

1.      Jalan Mendaki
Yaitu cara seseorang bersikap dan bertindak sesuai dengan adat sopan santun dengan orang lebih tua (dituakan) menurut umur dan statusnya dalam ikatan formal dan non formal.
2.      Jalan menurun
Dikiaskan bagaimana sikap sopan santun dari yang tua atau yang dituakan baik dalam status maupun tingkat umur.
Contoh :
-          Ibu/bapak kepada anak
-          Kakak kepada adik
-          Mamak kepada kemenakan
-          Atasan kepada bawahan
Adat mengatakan : “jalan menurun ta antak-antak, ingek-ingek nan dibawah kok tasingguang, jago kato kok manganai. Hindari menghardik, menghantam tanah, mangareh bakato surang”.
3.      Jalan mendatar
Yaitu interaksi sesama besar, baik dari segi umur maupun berdasarkan status yang dimiliki harus ada yang saling menghargai. Dipakaikan kata merendah, dijauhi kata yang kasar. “Muluik manih kucindan murah, budi baiak baso katuju, lamak bak santan jo tangguli, pandai bagaua samo gadang. Ingek runciang ka mancucuak, jago sandiang kok malukoi”.
4.      Jalan Melereng
Yaitu sopan santun dalam berbicara dan berbuat yang disampaikan dengan kiasan. Dalam hubungan kekeluargaan, kata melereng dipergunakan :
-          Antar ipar dengan bisan
-          Mamak rumah dengan urang sumando
-          Ibu/Bapak dengan menantu, dll
Kato Malereng mengajarkan orang Minangkabau supaya arif dan bijaksana dalam menafsirkan kemana maksud perkataan seseorang.
“Arih dikilek kato bayang, alun bakilek alah bakalam, bulan lah ganok tigo puluah, takilek ikan dalam aia, ikan takilek jalo tibo, lah tantu jantan jo batinonyo”.
B.     ADAT SOPAN SANTUN YANG DIMILIKI SEORANG INDIVIDU
1.      Adat Sopan santun waktu makan.
Adat mengatakan “Makan sasuok duo suok cukuik katigo paruik kanyang, jan makan sakulek hilang, jan minun sadaguak habih”.
Sopan santun duduak barapak :
-          Sebelum yang tua mulai dan dipersilahkan oleh tuan rumah, jangan sekali-kali ada yang duluan.
-          Jangan mencuci tangan terlebih dahulu, jika yang dituakan belum selesai atau belum mencuci tangannya.
-          Makan secara adat dimulai dan selesai dengan pasambahan/parundiangan (musyawarah menuju mufakat)
Bila makan pisang, kulitnya dikelupaskan menjadi empat bagian (tidak seperti beruk mengelupaskan kulit pisang). Bilangan empat ada kaitannya dengan adat nan ampek, kato nan ampek, suku nan ampek, nagari nan ampek, dll. Sehingga orang Minangkabau harus “tahu di nan ampek
2.      Adat sopan santun memanggil orang :
Adat melarang seseorang melambaikan tangan kiri apabila memanggil seseorang.
3.      Menjawab pertanyaan orang lain :
Jawablah pertanyaan orang lain dengan baik, sopan dan santun. Jangan bersikap acuh tak acuh.
4.      Sopan santun duduk :
Jika duduk dihamparan jangan ditegakkan lutut, bersila baik-baik, bila duduk di kursi jangan melipatkan kaki di atas lutut, bagi perempuan yang duduk dihamparan jangan sekali-kali menegakkan lutut baik dihadapan ibu/bapak, adik dan kakak, dihadapan mamak dengan nenek apalagi dihadapan laki-laki untuk menjaga sopan santun dan menjaga aurat.
5.      Sopan santun berbicara :
Jauhkanlah kata-kata kotor dan kata-kata yang menyakitkan hati, karena mulutmu harimau mu. Adat mangatokan “Anjalai ditangah koto, tumbuah sarumpun jo galundi, kok tak pandai bakato-kato, bak alu pancukia duri”.
6.      Adat sopan santun mandi :
Jangan bertelanjang ditempat umum, adat mengatakan “Rarak kalikih dek binalu, tumbuah sarumpun ditapi tabek, kok abih raso jo malu, bak kayu lungga pangabek”.
-          Jangan mandi bercampur antara laki-laki dengan perempuan “Sawah diagiah bapamatang, lading dibari babintalak”.
7.      Sopan santun meletakkan sesuatu pada tempatnya :
Jika seseorang wanita memanggil temannya dengan kata “Wa-ang” dan laki-laki memanggil temannya dengan kata “Agau” adalah tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya.



8.      Sopan santun bepergian :
Dilarang bergaul bebas antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Adat mengatakan : Abih sandiang dek bagesoh, abih miang dek bagisia, abih gali dek galitik. Kumpul kebo atau hidup bersama tanpa perkawinan sah dilarang menurut adat dan syara’.
9.      Adat sopan santun berpakaian :
-          Hindari membuka sebagian maupun seluruh aurat wanita (membuka kuduk, sebagian dada, pinggul, pusar, dan sebagainya.
-          Hindari memakai pakaian yang tidak semestinya, misalnya : laki-laki bersubang, berkalung dan memakai gelang.

C.    SIFAT-SIFAT TERPUJI DALAM HIDUP BERMASYARAKAT
1.      Sifat saling mencintai dan menghormati
“Sasakik sasanang, sahino, samalu, sabarek saringan, kok sampik lapang malapangi, kok kurang tambah manambah, senteng bilai mambilai, lupo ingek ma ingek an”.
2.      Sikap tenggang raso
“Gadang jan malendo, panjang jan malindih, cadiak jan manjua kawan, nan tuo dihormati, nan ketek disayangi, samo gadang baok bakawan” Kesimpulannya : “lamak di awak katuju di urang”.
3.      Sifat Rasa Malu
Seseorang haruslah mempunyai rasa malu terutama antara laki-laki dan perempuan, jangan sampai hilang moral dan akhlak yang mengakibatkan hilangnya rasa kemanusiaan. “Kuek rumah karano sandi, rusak sandi rumah binaso, kuek bangso karano budi, rusaklah budi hancualah bangso”.
4.      Sifat suka berbuat baik
Sifat bergotong royong, tolong menolong, nasehat menasehati, ingat mengingatkan dan menjunjung tinggi rasa kemanusiaan. Adat mengatakan “barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang, kabukik samo mandaki, kalurah samo manurun”.
5.      Sifat rendah hati
Jauhi sifat sombong, acuh tak acuh kepada orang lain. Seperti kata pepatah adat : “kacak langan lah bak langan, kacak batih lah bak batih, bajalan dirusuak labuah, tagak sarupo rang mambali, duduak sarupo rang manjua”.
6.      Sifat Berani
Berani karena benar, takut karena salah. Pantun adat mengatakan “ Tahan lukah didalam banda, ditahan jan dianjak, dianjak ka tanah bato, kato nan bana jan dituka, dituka jan di anjak, kok dianjak jadi sansaro”.
Yang salah tetap salah walaupun menyangkut kaum keluarga, jangan sampai terjadi “tibo diparuik di kampih an, tibo dimato dipiciangkan”. Tetapi dalam menegakkan kebenaran “ salangkah taka namuah lalu, satapak  tak namuah suruik, luruih manantang barih adat, tak namuah kuniang dek kunyik, tak namuah lamak dek santan”.
7.      Sikap suka menolong
Utamakanlah sikap saling membantu dan jauhilah sikap mementingkan diri sendiri. “Nan condong samo ditungkek, nan lamah samo ditueh, nan rusuah samo dibujuak, tagamang samo dijawek, sakik disilau, mati dijanguak, tibo dialek dipanggiakan, tibo dinan buruak bahambauan, jan mangguntiang dalam lipatan, manuhuak kawan sa iriang
Adat sopan santun adalah pencerminan dari pengalaman adat dalam pergaulan yang berintikan  budi, yakni memakai raso jo pareso.” Nan kuriak iyolah kundi, nan merah iyolah sago, nan baiak iyolah budi nan indah iyolah baso, saukua mangko manjadi sasuai mangko takana, kalau pandai bamain budi, urang lain jadi dunsanak”.
Dalam adat Minangkabau ada empat dimensi pengalaman budi yaitu raso, pareso, malu dan sopan. Kehilangan yang empat ini dalam diri seseorang disebut juga “ Urang nan indak tahu dek nan ampek”.


ELOK NAGARI DEK PANGHULU

Panghulu adalah pemimpin anak nagari  dalam segala seluk beluk kehidupan mereka. “pai dahulu, pulang kudian”. Panghulu itulah “nan maelo parang jo barani, maelo karajo jo usaho. Elo sarato tumpia, suruah sarato pai. “Elok nagari dek Panghulu “ maksudnya adalah bahwa penghulu-penghulu itulah yang memimpin segala pekerjaan yang baik-baik dalam nagari.

A.    SISTEM KEPEMIMPINAN SETELAH ISLAM
Kepemimpinan masyarakat Minangkabau didasarkan kepada system “Tungku tigo sajarangan” yaitu :
1.      Kepemimpinan Niniak Mamak
2.      Kepemimpinan alim ulama
3.      Kepemimpinan cadiak pandai
Kepemimpinan Niniak Mamak merupakan kepemimpinan tradisional. “Patah tumbuah, hilang baganti”.
Kepemimpinan Alim Ulama dan Cadiak Pandai dapat diperoleh oleh siapa saja tanpa membedakan asal usul dan keturunan. Sistem kepemimpinan ini disebut “Tungku tigo sajarangan, tali tigo sapilin”.
B.     TINGKAT-TINGKAT KEPEMIMPINAN
Pengertian yang dipimpin dalam adat Minangkabau adalah anak kamanakan, sedangkan yang berfungsi sebagai pemimpin adalah niniak mamak atau pimpinan yang telah digariskan oleh adat.
Sedangkan tingkatan kepemimpinan menurut talibun adat mengatakan :
Rang gadih mangarek kuku
Pangarek pisau sirauik
Batuang tuo elok ka lantai
Nagari ba ampek suku
Dalam suku babuah paruik
Kampuang ba nan tuo
Rumah batunganai
1.      Paruik
Tiap suku berbuah paruik dan orang yang separuik bertali darah, sekarang ini Kepala Paruik disebut sebagai Kepala Kaum, yaitu orang yang didahulukan selangkah, ditinggikan sarantiang. Salah satu tugas Kepala Kaum adalah mengawasi harta pusaka tinggi sebagai milik kaum. “Warih dijawek, pusako ditolong”.
Apabila kaum telah berkembang, maka bagian-bagiannya disebut jurai. Jurai- jurai ini turun dari rumah itu diawasi oleh mamak rumahnya yang disebut tunganai


2.      Suku
Berdasarkan sejarah Minangkabau terdapat empat buah suku yaitu : Koto, Piliang, Bodi, Chaniago. Dan saat ini telah berkembang menjadi 96 buah suku yang berbeda-beda dan tersebar diseluruh nagari di Minangkabau. Walaupun sudah banyak pecahan suku, namun tetap masuk kepada suku asal, yaitu koto piliang dan bodi chaniago.
3.      Nagari
Nagari merupakan organisasi politik dan sosial tertinggi yang dijalankan oleh sebuah majelis Niniak Mamak pemangku adat. Mereka bermusyawarah dalam sebuah sidang penghulu yang disebut rapak Nagari atau Kerapatan Adat.
Majelis niniak mamak yang duduk sebagai pemimpin nagari mempunyai kekuasaan dibidang eksekutif, legislatif dan yudikatif (tidak ada pemisahan kekuasaan menurut hukum adat).

C.    PANGHULU.

Tugas panghulu “Kusuik manyalasaian, karuah mampajaniah”. Seorang penghulu disebut “Datuak”. Panghulu itu digadangkan mangkonyo gadang, sebagaimana dikatakan : “Tumbuahnyo ditanam, tingginyo dianjuang, gadangnyo diamba”.
Sebagai pemimpin Panghulu “Baa lam leba, badado lapang, dengan prinsip “indak ado kusuik nan indak ka salasai, karuah nan indak ka janiah”. Serta mencari penyelesaian masalah ibarat menarik rambut dalam tepung “Tapuang indak taserak, rambuik indak putuih” “Elok nagari dek Panghulu, elok tapian dek rang mudo”.
Dalam memimpin, penghulu dibantu oleh tiga orang pembantu yaitu Manti, Malin dan Dubalang yang mempunyai tugas masing-masing dibidang administrasi, keagamaan dan keamanan.
1.      Syarat-syarat menjadi Penghulu diantaranya : a)laki-laki b)berpendidikan minimal SLTP  c)Menjalankan syari’at islam secara kaffah.
2.      Prosedur pengangkatan Panghulu.
Prosedur pengangkatan Panghulu di tiap-tiap nagari bisa saja berbeda sesuai dengan adat salingka nagari, harato salingka kaum. Namun prosedur berjenjang naik sampai ketingkat nagari tidak bisa diabaikan, karena adat mengatakan : “ma angkek Panghulu sakato Nagari, ma angkek rajo sakato alam”.
3.      Malewakan Panghulu.
Didalam melewakan Panghulu disembelih kerbau. Makna yang tersirat dari kerbau yang disembelih ini adalah “tanduak ditanam, dagiang dilapah, kuah dikacau”.
Tanduak ditanam, maknanya membuang sifat-sifat buruk yang akan melukai orang lain.
Dagiang dilapah maknanya sari daging di makan, tulangnya di buang. Artinya dalam diri seorang Panghulu harus ada sifat-sifat yang baik dan membuang sifat-sifat buruk.




Kuah dikacau maknanya agar seorang Panghulu pandai mempergunakan sesuatu menurut sifat dan keadaannya. Gulai kerbau yang dimasak tidak pakai santan mengibaratkan, indak lamak karano santan, indak kuniang karano kunyik artinya seorang Panghulu itu kebesarannya bukan karena orang lain, tetapi besar karena dirinya sendiri.
4.      Jenis Pengangkatan Panghulu :
a.       Mambangkik batang tarandam
b.      Hiduik bakarilahan
c.       Mati batungkek budi
5.      Pantangan (Larangan) Panghulu :
a.       Marah
b.      Berlari-lari
c.       Menjinjing dan membawa beban
d.      Memanjat-manjat
6.      Hak Panghulu :
a.       Memutuskan suatu permasalahan secara tegas dan tepat
b.      Memperoleh sawah kagadangan
c.       Menetapkan hak dan kewajiban kemenakan
d.      Memperoleh hasil ulayat
7.      Kewajiban Penghulu :
a.       Manuruik alua nan luruih
b.      Manampuah jalan nan pasa
c.       Mamaliharo harato jo pusako
d.      Mamaliharo anak kamanakan

PASUKUAN DI NAGARI PANAMPUANG


Ada 5 suku di Nagari Panampuang di pimpin oleh Niniak Mamak nan Balimo :
1.      KOTO                            : DT. BAGINDO
2.      JAMBAK                      : DT. SAMPONO KAYO
3.      TANJUANG                 : DT. RAJO ENDAH
4.      GUCI                             : DT. MAJO INDO
5.      SIKUMBANG              : DT. MANGIANG
Niniak mamak nan balimo dibantu oleh juaro nan balimo yang tergabung dalam Niniak Mamak Nan Sapuluah :

NO
SUKU
NINIAK MAMAK NAN SAPULUAH
1
2
3
4
5
Koto
Jambak
Tanjuang
Guci
Sikumbang
Dt. Bagindo
Dt. Sampono Kayo
Dt. Rajo Endah
Dt. Majo Indo
Dt. Mangiang
Dt. Malano
Dt. Rang Batuah
Dt. Yang Basa
Dt. Rangkayo Mulia
Dt. Sati








DATUAK PUCUAK NAN TIGO PULUAH TIGO SUKU

NO
SUKU
NINIAK MAMAK
1
JAMBAK GADANG
DT. SAMPONO KAYO
2
JAMBAK KATAPANG
DT. SAMPONO ALAM
3
JAMBAK PASARAN
DT. RANG BATUAH



4
JAMBAK NGARAI
DT. MANGKUTO
5
JAMBAK CINGKARIANG
DT. PATI AMEH
6
JAMBAK LURAH
DT. PANGHULU BATUAH



7
JAMBAK TUNGGIK
DT. MARAJO
8
JAMBAK KOTO ANAU
DT. PANGHULU SATI
9
JAMBAK GARUMBUAK
DT. PANDUKO BASA



10
KOTO BARUAH
DT. BAGINDO
11
KOTO TANGAH
DT. INDO KAYO
12
KOTO PUDIANG
DT. MANGKUTO BASA



13
KOTO PINJAWAN
DT. MARAJO
14
KOTO CUMANGKUANG
DT. MALANO
15
KOTO TABEK
DT. PAKAMO



16
GUCI PACAH
DT. MAJO INDO
17
GUCI PACAH SAWAH PANJANG
DT. GUNUANG RAJO
18
GUCI PACAH BALIMBIANG
DT. PANDUKO JALELO



19
GUCI BALAI DAREK
DT. RAJO BASA
20
GUCI PANINJAUAN
DT. BATUAH
21
GUCI PINJAWAN
DT. PANDUKO BATUAH



22
GUCI BALAKANG TABUAH
DT. RAJO PANGHULU
23
GUCI TANGAH
DT. RANGKAYO MULIA
24
GUCI PARAK
DT. TAN KABASARAN






25
SIKUMBANG LIMAU SARIANG
DT. MANGIANG
26
SIKUMBANG SELAYAN
DT. SABATANG
27
SIKUMBANG MELAYU
DT. PUTIAH



28
TANJUANG TANAH TUMBUAH
DT. RAJO ENDAH
29
TANJUANG LIMAU PURUIK
DT. PALIMO BANDARO
30
TANJUANG BALIMBIANG
DT. LEMBENG



31
TANJUANG PISANG
DT. LABIAH
32
TANJUANG LIMAU MANIH
DT. YANG BASA
33
TANJUANG JATI
DT.TAN BATUAH





  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar